MENGHAFAL DAN MENULIS
Ada satu kisah dimana suatu ketika Imam Al Ghazali dicegat oleh perampok dan dirampas semua barang bawaan beliau. Dengan tetap tenang, imam al Ghazali meminta dengan sopan agar semua barangnya dikembalikan. Sebab barang-barang itu berharga dan bernilai. Namun para perampok enggan untuk mengembalikan barang beliau. Maka dengan terus terang, imam Al Ghazali mengatakan bahwa barang-barang itu adalah hasil karya beliau yang berupa beberapa kitab yang cukup banyak. Beliau menguatkan permintaannya dengan alasan bahwa jika kitab-kitab itu diambil, maka beliau akan kehilangan semua ilmu yang beliau tahu.
Namun ada satu jawaban yang mengejutkan imam Al Ghazali. Si perampok berkata bahwa jika ilmumu ada di kitab atau buku, maka sesungguhnya kamu bukan orang yang berilmu. Sontak imam Al Ghazali tersadar betapa menghafal itu sangat penting dalam proses belajar. Sehingga apa yang sudah dipelajari tersimpan dengan baik di ingatan setiap orang.
Belajar dari salah satu kisah di atas, maka ada satu program unggulan yang menjadi ciri khas PPTQ Hidayatullah Madiun yakni menghafal al Qur’an dan satu tradisi keilmuan yang yakni Literasi.
Salah satu Pintu untuk memahami Al Qur’an adalah mampu membacanya, kemudian menghafalnya, kemudian memahami maksud dan maknanya. Lebih jauh, para ulama’ mengambil banyak ilmu dan hikmah dari Al Qur’an yang kemudian dituangkan dalam karya monumental berupa kitab yang hingga saat ini masih menjadi rujukan kaum muslimin.
Kedua tradisi ini terus dilestarikan di PPTQ Hidayatullah Madiun dengan menghafal Al Qur’an dan menulis. Tahun demi tahun sudah banyak santri yang mampu menghafal Al Quran dan menulis karya berupa buku. Tahun 2024 ini, para santri MA Darul Madinah kembali menulis beberapa buku sebagai upaya melestarikan tradisi menulis.
0 Comments